profile-image
0
Cerita
0
Joy
 

Fan board

Ameera_Sovie
Assalamualaikum, Kak, salam kenal, jika berkenan, yu, mampir ke cerita Ameera yang berjudul: 1. Karma. pembalasan cantik dari istri yang terbuang. 2. karma suami tukang selingkuh. 3. Karma buat wanita penggoda 4. Dekapan rindu masa lalu 5. Panggil Aku Reindra. terimakasih sebelumnya, semoga Kk sehat dan banyak rejeki selalu.. 😊🙏
1
Faida Risqiana
Assalamualaikum, salam kenal ya Kak, bila berkenan yuk mampir ke ceritaku, judulnya Kegagalan Membawa Berkah 🙏🏻😊
1
Enik Yuliati
Simpanan Kesayangan Part 1. Berita perselingkuhan suami. Pov. Shellyn Pelan-pelan, kurasakan tangannya yang kokoh mulai bergerilya menjamah wajahku. Tatapan matanya yang kian berkabut, seolah sedang menelisik wajahku. Ku pejamkan mataku. Ku pasarahkan hatiku, ku pasrahkan jiwa dan ragaku. Aku pun begitu menikmati semua rasa yang dia berikan. Kunikmati waktu demi waktu yang bergulir dengan demikian cepat. Ku tumpahkan rasa rindu yang demikian membuncah, menyesakkan dada. Hingga terdengar suara serak dari bibirnya, yang berulang kali menyebut namaku, tepat di indra pendengaranku. **** Di sinilah, aku bersamanya. Di sebuah hotel bintang lima, di lantai tiga. Hujan deras di akhir pekan, membuat kami tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat mewah ini, untuk saling menikmati, saling melepas kerinduan yang yang hampir tidak dapat terbendung lagi. Di tempat seperti inilah, kami biasa mencuri waktu, di tengah kesibukannya sebagai seorang aktor yang sedang naik daun. "Sayang, maaf, nanti malam aku harus pergi lagi," ucapnya. Aku yang masih berselimut di tempat tidur, hanya bisa memandangnya dengan gamang. Selalu seperti itu. Dia akan pergi meninggalkan aku, setelah semuanya selesai. "Simpanan kesayanganku, kenapa cemberut ?" godanya. "Kamu jangan khawatir, dini hari nanti, aku bakalan pulang ke sini. Aku akan tidur di sini, memelukmu sampai pagi. Kita akan bersenang-senang," janjinya. Dia pun berjalan mendekatiku. Kulihat perutnya yang seperti roti sobek, yang terlilit handuk di bawahnya. Kulihat rambutnya yang basah. Bahkan di dadanya masih menetes air dari rambutnya, yang menambah kadar pesonanya. Jangan bayangkan, saat keringat dari tubuhnya bercucuran, saat bersamaku tadi. Siapa pun akan berteriak girang dan histeris, jika melihatnya. Dia selalu tampak maskulin, selalu tampak seksi di mataku. Bukan hanya di mataku, namun di mata jutaan para penggemarnya, yang tengah menggandrunginya. **** Siapa yang bisa menyangkal pesona seorang Zein Abdul Malik. Bintang muda yang tengah naik daun. Yang sedang menjadi idola bagi para remaja, hingga ibu rumah tangga. Bahkan hanya dengan mendengar namanya, mereka akan berteriak dengan histeris. Wajahnya yang tampan rupawan, seolah terpahat dengan begitu sempurna. Di tambah lagi dengan jam terbang yang sangat tinggi, di layar lebar maupun di layar kaca. Membuat dia begitu digilai oleh kaum hawa. Pesonanya, mampu meluluh lantakkan hati semua wanita. **** Sebuah anugerah yang sangat luar biasa, saat dia ingin menghalalkan aku. Meskipun harus melewati jalan yang demikian berliku, demi untuk sebuah pernikahan resmi, yang dirahasiakan dari publik. Aku yang sedang merintis karir sebagai seorang model, harus merelakan mimpiku, demi menikah dengan pujaan hatiku. Aku yang dulunya selalu berpakaian modis, dengan gaya stylish, sekarang sudah berhijrah, mengikuti adab keluarga suamiku. Kututup seluruh auratku dengan kerudung lebar, yang menjulur hingga menutupi dada. Akulah, istri sah, yang disembunyikan. Namun dia sering menyebutku dengan simpanan kesayangan. Saat dia hanya berdua denganku, dia akan menjadi seorang suami yang sangat penyayang. Suami yang sangat romantis. Kata-katanya sangat manis. Namun saat kami ada di ruang publik, dia akan menjadi pribadi yang berbeda, seolah di antara kami tidak ada ikatan apa-apa. Seolah kami adalah orang lain, yang tidak saling mengenal. Jangan tanyakan, bagaimana perasaanku. Memiliki suami dengan predikat aktor, namun aku tidak bisa memamerkannya. Tidak bisa untuk sekedar menemuinya, saat hatiku tengah dirundung rindu. Bahkan untuk sekedar memasang fotonya di media sosialku, aku harus berfikir ribuan kali. Aku hanya bisa memamerkan punggungnya, untuk sekedar kuunggah di dunia maya. Tidak, dengan wajahnya. Aku hanya bisa memamerkan tangan kami yang saling menggenggam. Aku hanya bisa memamerkan sepatu kami yang saling berjejeran. Aku seperti tidak punya hak, atas suamiku sendiri. Kadang, dalam heningnya malam, aku menangisi pernikahan ini. Pernikahan yang tidak seperti pada umumnya. Pernikahan yang disimpan demikian rapat, demi karir suamiku. **** "Sayang, bangun, dong, mandi. Apa mau aku yang mandiin?" Suamiku berjalan mendekatiku. Tiba-tiba saja, dia sudah menyibak selimut yang menutupi tubuh polosku. Dia mengangkat tubuhku begitu saja, dan memasukkan aku ke kamar mandi. Aku hanya bisa menurut, saat dia mulai membasahi tubuhku dengan air yang mengalir. Aku hanya pasrah, ketika dia mulai menggerakkan tangannya, untuk menggosok setiap inchi tubuhku, dengan sabun. "Pejamkan mata kamu," perintahnya. Dia pun mulai menuangkan shampo ke atas rambutku. Telapak tangannya yang besar, mulai mengacak rambutku. Setelah itu, dia mulai mengguyurkan tubuhku di bawah shower. Perlakuannya sangat manis, bahkan teramat manis. Hanya satu yang tidak bisa dia berikan. Yaitu mengakui di depan publik, bahwa dia sudah menikahi aku. Dan aku pun tidak bisa menuntut untuk hal itu, karena memang sebelumnya hal itu sudah dibicarakan dengan semua anggota keluarga, dan kami semua sudah saling sepakat. Apalagi, Mas Malik masih belum menyelesaikan sebuah kontrak kerja, yang masih kurang satu tahun. Dalam kontrak itu, ada poin yang menyatakan, tidak boleh menikah, sebelum kontrak selesai. Pernikahan yang seharusnya membahagiakan, penuh dengan ucapan selamat pun, harus berjalan dengan sembunyi-sembunyi. Entah bagaimana, orangnya Mas Malik mengurus semuanya. Yang jelas, pernikahan kami tercatat oleh negara, dan kami pun memegang surat nikah. **** "Sayang, habis Maghrib nanti aku ajak kamu naik ke lantai paling atas. Kita melihat lampu-lampu, yang sangat indah. Sebisa mungkin, aku akan meluangkan waktuku untuk menemanimu, jika aku sedang tidak bekerja," kata Mas Malik. Aku pun mengangguk, tersenyum ke arahnya. Dia selalu berhasil mengembalikan mood ku yang sudah berantakan. **** Benar saja, setelah shalat magrib, Mas Malik segera memakai masker dan topi. Dia menggandeng tanganku, memasuki lift, menuju lantai paling atas. Setelah itu kami berjalan menaiki tangga, menuju atap hotel. Tampaklah pemandangan yang sangat menakjubkan. Indahnya metropolitan, terlihat dari gedung pencakar langit. Aku takjub dan berdecak kagum. "Mas, kamu kok tahu tempat ini, dari mana?" Kusandarkan kepalaku, ke dadanya yang keras. "Aku pernah syuting di sini," jawabnya. Dia memeluk tubuhku, sambil mencium pucuk kepalaku. "Lawan mainnya, siapa?" Aku bertanya karena penasaran. "Lupa, sudah dulu sekali. Dulu, sebelum aku kenal kamu. Bahkan waktu itu aku sudah berniat, suatu saat nanti, akan mengajak orang yang paling spesial, untuk ke sini. Dan sekarang, baru bisa terwujud," terangnya. Mendengar kata-katanya, seketika aku merasa bahagia, seolah ada kupu-kupu yang berterbangan di hatiku. Aku memeluknya, lebih erat lagi. Seandainya saja, mereka semua tahu. Bahwa Zein Abdul Malik, sudah menjadi suamiku. "Mas, aku pingin sesuatu, boleh enggak?" tanyaku manja. Aku pun melepas masker itu dari wajahnya. Dia pun mencubit hidungku, dengan sayang. Dalam keadaan remang-remang, aku bisa melihat wajahnya yang sangat tampan. "Apa, katakan saja. Aku sudah mentransfer uang, ke rekeningmu, besok kamu bisa bersenang-senang, bersama para sepupumu," Menyebalkan. Bahkan di saat seperti ini, dia justru membahas soal uang. "Aku ingin, kamu teriak di sini, bahwa kamu sudah menikahi aku," pintaku. "Ok, siapa takut?" "Hai, dunia. Aku, Zein Abdul Malik, sudah menikahi Shellyn. Perempuan yang paling cantik, di dunia. Aku mencintainya, aku tergila-gila kepadanya !" teriaknya sangat kencang, namun sayang, tidak akan mungkin terdengar sampai ke bawah sana. "Sudah, puas kamu, Sayang? Kamu jangan khawatir, suatu saat nanti aku akan mengakuimu sebagai istriku, kepada semuanya." Dia pun menggenggam tanganku, seolah bisa membaca kemelut di hatiku. Kemudian memakai kembali masker untuk menutupi wajahnya. "Turun, yuk ? Sebentar lagi aku harus pergi ke lokasi syuting," Dia menarik tanganku, mengajakku berjalan cepat dengan setengah berlari. "Kamu itu adalah yang paling istimewa, di hatiku. Pernikahan ini bukan mainan, hanya saja belum bisa mengabarkan kepada semua. Nanti, jika waktunya tiba. Pasti aku akan memperkenalkan kamu, sebagai istriku. Bukan lagi sebagai simpanan kesayanganku. Kamu harus lebih bersabar lagi," Dia menciumku dengan sangat lembut, sebelum akhirnya keluar dari kamar hotel meninggalkanku. Aku yang merasa jenuh, kemudian mencoba untuk menyalakan televisi. Semua channel hanya berisi acara yang membosankan. Aku yang sedang sibuk mengganti channel TV, tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah berita. "Seorang aktor kenamaan tanah air, Zein Abdul Malik, diisukan sedang dekat dengan lawan mainnya. Mereka diisukan terlibat cinta lokasi."
1