profile-image

BL'S lover

HIATUS🙏
0
Cerita
3.9M
Joy
 

Fan board

Reffi Ninang Aryani
PETAKA SATU ATAP PART 1 NODA DI ATAS SPREI Pov. Sofia "Aku nggak mau nyuci, Mas! Sana suruh adikmu itu nyuci! Bisa muntah aku disuruh nyuci sprei bekas adikmu yang begituan sama istrinya! Harusnya mereka tahu diri, dong! Ini kamar, kamar siapa?! Tidak sopan! Sudah berapa kali saja mereka seperti itu!" gerutuku kepada suamiku. Suamiku tengah duduk santai dengan kaki jegang di atas kursi rotan yang sudah mulai lepas rotannya.  Sesekali ia hisap batang rok*k lintingan yang hampir habis itu. Ia kepulkan asapnya dengan mengerucutkan bibirnya yang tertutup kumis tipis setengahnya. Terlihat santai sekali, seolah tidak ada beban. Ya, satu tahun ini ekonomi kami berubah menjadi sangat bobrok. Suamiku yang tadinya seorang wirausahawan, kini harus menelan pahitnya kenyataan. Setelah penipuan itu, Mas Guntur-suamiku harus gulung tikar. Usahanya tak berbekas. Itulah mengapa, kini lidahnya bisa bersahabat dengan rok*k lintingan yang jelas rasanya sangat tidak nikmat dari rokok bermerk lainnya. Aku yang semula seorang guru honorer dengan lulusan sarjana pendidikan, harus merelekan profesi itu karena gaji yang sangat kecil. Aku memilih untuk resign dan buruh pabrik yang gajinya jelas lebih banyak. Gaji yang bisa kami gunakan untuk membeli beras, bedakku, juga rok*k lintingannya. Siang ini, aku mendapati tempat tidurku sudah berserakan. Siapa juga yang tidak naik pitam. Ketika kita pulang kerja, kita mendapati kamar kita sudah acak adul seperti kamar bekas tempat untuk adu gulat. Sprei penutup kasur pun ada noda begituan. Rasanya aku ingin membanting semua benda yang ada di kamar ini. Aroma bekas begituan juga menusuk hidungku dengan kuat. Aroma yang membuatku nyaris memuntahkan isi perutku. "Kamu harusnya ngerti dong! Si Seno kan baru saja menikah. Mereka adalah pengantin baru. Wajar lah jika mereka begituan sewaktu-waktu. Mereka juga butuh tempat yang nyaman juga untuk meluapkan hasrat cinta mereka berdua! Masak ia mereka harus begituan di ruang tengah yang dilalui banyak orang di rumah ini. Ngaco kamu, Sof!" tandas Mas Guntur yang lagi-lagi dan selalu membela adiknya, Seno. Emosiku kian meledak saja mendengar jawaban Mas Guntur. Aku harus banting tulang kerja di pabrik kayu lapis. Gaji tiap bulan, selalu kusisakan untuk menabung. Aku ingin sekali memiliki rumah agar bisa tinggal berdua saja dengan suamiku, tanpa gangguan semua anggota keluarga suamiku. Ya, satu rumah kecil harus dihuni lima KK. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah ini juga tidak sedikit. Mereka berjumlah empat belas orang.  Rumah ini diisi oleh Bapak dan Ibu mertuaku. Keluarga kakak ipar atau abang dari suamiku ada lima orang. keluarga Mbak iparku ada tiga orang, dan keluarga adik ipar atau adik lelaki suamiku berjumlah dua orang. Ya, dia adalah Seno dan istrinya. Yang selalu menggunakan kamarku untuk bercengkrama meluapkan hasrat cinta mereka berdua. Dan yang paling membuatku marah, mereka tinggalkan begitu saja bekas-bekas cumbuan mereka. "Aku nggak mau nyuci sprei itu ya, Mas!" tandasku kembali seraya kulempar sepatuku ke arah rak besi yang mulai roboh karena banyaknya barang yang tertumpuk di sana. "Kamu yang lebih tua harusnya mengalah, dong!" Kini Mas Guntur mencecak batang rok*knya yang sudah habis karena dimakan oleh api.  Ia beringsut pergi meninggalkanku seraya melepas kaos oblongnya. Aku yakin sekali Mas Guntur tengah kepanasan. Satu rumah mungil dihuni empat belas orang dan tanpa kipas angin pula. ***** "Ayah mau kamu menikah dengan Aizam. Dia lelaki yang baik. Dia ahli agama. Dia seorang guru agama. Sudah ASN pula. Ia juga punya usaha konter dimana-mana. Kurang apa lagi? Wajahnya juga tak kalah tampan dengan Guntur!" tekan ayahku di meja makan pagi ini. Ibuku hanya berdiam, tak bergeming. Beliau lebih memilih untuk fokus ke makanannya di atas piring dan sendok yang dipegangnya. Ibu memang cenderung memahami keinginanku. Aku sangat mencintai Mas Guntur. Aku merasa hidupku lebih berwarna ketika aku dekat dengannya.  Aku mengakui jika Mas Aizam bisa dikatakan nyaris sempurna sebagai seorang lelaki. Namun, ketika benih cinta itu tidak ada untuknya, mau gimana lagi? "Maaf, Yah, Sofia tidak cinta sama Mas Aizam. Sofia lebih cinta sama Mas Guntur," lirihku terbata seraya kugigit bibir bawahku. Rasa takut dan dag dig dug langsung menyerang diriku. Aku takut jika ayah naik pitam kepadaku. Sesekali kulirik ibuku, memberi tanda kepada Beliau untuk membelaku. "Ehem, Yah… sekarang sudah bukan jamannya lagi ada anak kok dijodohkan. Terus, kalau Sofia tidak cinta sama Aizam, kasihan dia. Seumur hidup harus tertekan karena ia hidup dengan orang yang tidak ia cintai. Bapak nggak kasihan?" bela Ibu untukku dengan nada halusnya. Ibuku memang sosok perempuan halus dan sangat lembut. Seolah tak ada perkataan Ibu yang tidak dituruti oleh ayahku. Selang berapa bulan, pernikahanku dengan Mas Guntur pun dilaksanakan. Kala itu, tiga tahun yang lalu. ***** Dua tahun lamanya aku masih bisa menikmati hasil usaha Mas Guntur sebelum ia benar-benar bangkrut seperti sekarang ini. Semua rumah, tanah, mobil, dan semua perhiasanku ludes terjual untuk menutup hutang Mas Guntur karena penipuan itu. Satu tahun yang benar-benar menguras tenaga dan emosiku. Betapa tidak, semenjak gulung tikar, Mas Guntur seperti orang terpuruk dan sama sekali tak mau menjajal untuk mencari lowongan pekerjaan. Kini, kami harus hidup dalam satu rumah kecil dengan enam ruangan saja. Satu ruang tamu, dapur yang menjadi satu dengan kamar mandi, satu ruang makan yang kami ganti dengan tikar dan dialihfungsikan sebagai tempat tidur untuk Seno ketika Seno masih perjaka, dan tiga ruang kamar tidur.  Satu kamar tidur untuk mertuaku, satu kamar untuk keluarga abang ipar, satu kamar untuk keluarga mbak ipar, satu lagi ada tambahan ruang kamar untukku dan Mas Guntur yang kubangun dengan uangku sendiri. Sebelum mempunyai kamar sendiri, kami tidur jadi satu di lantai ruang makan, dengan Seno. Bayangkan saja jika hasrat itu muncul, kami harus menahan hasrat itu sebelum benar-benar ada kesempatan untuk melakukannya. Aku harus mengalah tidur di sana karena hanya kami yang sudah menikah, tetapi belum mempunyai anak. "Ada apa, Sof? Berisik benar?! Pulang kerja harusnya layani suami, bukannya malah bertengkar!" pojok Ibu mertuaku yang mempunyai karakter cerewet.  Watak Ibu yang seperti itu, selalu menambah suasana di rumah ini kian gaduh saja. "Tanya saja sama anak kesayangan Ibu. Mengapa istrinya marah-marah setelah pulang kerja!" cetusku seraya meraih handuk biru koyak yang kusematkan di atas paku belakang pintu kamar mandi. Dari dalam kamar mandi, aku mendengar suara Ibu yang mencercaku. Namun, tak jelas kudengar isi cercaan itu. Aku sengaja mengguyur tubuhku secepat mungkin agar tak mendengar cercaan Beliau yang membuat kepalaku mau meledak saja. Tok tok tok "Tantee…. Tante…. Adik mau pup Tanteee…." rengek salah satu keponakanku dari luar pintu kamar mandi. "Ya, Tuhaaann… adaaaa saja!!!" lirihku. Aku yang tengah jongkok di atas closet pun dengan terpaksa harus menyelesaikan hajatku. Sekalipun perutku masih melilit sekali rasanya. Grekkk Suara pintu kamar mandi kayu yang kubuka dengan keras. Pintu usang itu nyaris lepas dari eselnya karena tangan kasarku. "Tuh, Mas! Keponakanmu!" gerutuku di ruang tamu.  Kulihat Mas Guntur tengah telanjang dada dan kembali menghisap batang rok*knya. "Ada apa lagiiiii?" jawab Mas Guntur dengan nada yang menekan.  "Itu keponakanmu. Aku belum selesai buang hajat, keponakanmu maksa masuk saja! Kamu kerja dong. Biar hidupku lebih nyaman. Kalau kamu terus-terusan seperti ini, aku juga cuma kerja buruh pabrik gini, hidup kita bakal seperti ini terus! Aku nggak betah!" tandasku. Kurebut batang rokoknya dan kucecak di atas asbak yang terletak di meja depan ia duduk.  "Kamu itu ya Sof. Bisa-bisanya nggak sopan bilang seperti itu sama suamimu. Merintah-merintah suamimu. Harusnya kamu mikir, ijazah sarjanamu itu mau buat apa?! Mau buat makanan rayap di almari?!" ketus Ibu mertuaku yang menyambung obrolanku dari arah belakang. -BERSAMBUNG- Assalamuallaikum wr wb Mohon maaf kakak, jika berkenan, sila mampir ke akun saya untuk membaca beberapa cerbung saya. Cerita yang masih fresh baru saja diketik. Jangan lupa kakak follow akun dan follow cerbung saya. Semoga kakak dilancarkan rejekinya. Aamiin. Terima kasih, Kak. Wassalamuallaikum wr wb 🥰🙏 🥰🙏
1
Putra Hasan Torik
hay
2